Hidup di Jogjaaaaaakankah Istimewa?

Kota Pelajar, Kota Budaya, Bumi Sultan, dan semua sebutannya memang menandakan Jogja itu Istimewa.
Aku berkesempatan menginjakkan kaki dan menetap di kota dengan tingkat harapan hidup yang tinggi ini (meski UMRnya terendah se-Indonesia). Yah, ini tandanya hidup nggak melulu tentang uang, kan?
Paradoksnya, aku senang karena tidak perlu berpikir keras untuk urusan perut dan akomodasi karena aku tinggal dengan adik dari ibuku, tante/bibi (baca : numpang hidup). Tapi sedih juga karena gak bisa menjadi 'anak kuliahan sejati' yang harus mandiri dan mengatur sendiri seluruh kehidupannya di tanah rantau.
Apalagi, kalau 'ikut orang' itu pasti adaa aja yang gak cocok sama hati dan terkadang kesiksa. Aku ngerasain itu? Tentuuu... 
Jadwal kuliah di hari Senin-Kamis diusahain jangan sampai lewat Ashar. Soalnya jam 4 sore harus ikut ngajar ngaji (bibi direktur TPA yang lumayan gede, santrinya 150an, butuh banyak tenaga pengajar dan administrasi)
Yang paling syedih itu, kalau udah nyampe rumah pasti gak bakal bisa keluar lagi. Kalaupun hari-hari bukan jadwal TPA (jumat-ahad) aku pulang malem (baca : habis isya', itupun karena memang ada jadwal kuliah), aku didiemin cooy.
Jadi intinya, aku gabisa gaya-gayaan jadi anak kuliahan yang gak pulang-pulang, apalagi nginep kampus. gak bissa.

Tapi ya begitulah kehidupan, kadang kita sok dewasa, padahal masih butuh banyak bimbingan. Pengen bebas se bebas bebasnya kayak terbang sesuka hatinya ke angkasa. Padahal kita lupa, kalu kelamaan terbang, resiko terkecilnya, bakal masuk angin.

Makasih banyak Bik, dah terima aku dan segala kekuranganku (kayak ngomong sama pasangan aja :", iya pasangan hidup selama beberapa tahun ke depan).

Comments

Popular posts from this blog

Aku Masih Gadis Yang Sama, Hanya Saja..

Awal dari Setiap Awal, Teman dari Semua Teman