Hallo Amatir.. Tumbuhkan Motivasi (Untuk jadi Profesional)
Aku adalah
seorang amatir. Amatir dalam segala hal. Dengan kata lain, aku belum tau apa
bakat maupun minatku. Aneh, bukan? Untuk ukuran mahasiswa semester 3 sepertiku.
Hmm maybe I’m too late for develop it. But I
believe that better late than never. Mungkin slogan
itu juga menjadi ‘si malakama’ buatku. Di satu sisi aku percaya aku akan
menemukan my passion –entah kapan itu. Sedangkan di sisi
lain aku hanya mempercayainya tanpa adanya motivasi dan semangat untuk
mewujudkannya. Terkadang aku iri dengan orang-orang. Mereka yang terlahir
cantik dan bertalenta. Paling tidak, paras ayu itu –although
without talent, sudah menjual. Ah, mudahnya hidup mereka. Sering
sekali aku berpikiran seperti itu (tanda-tanda orang kurang bersyukur memang.
Jangan ditiru)
Jujur, pikiran
seperti itu sudah mulai berkurang walau tidak dapat dipungkiri, masih saja ada.
Sesekali. Apalagi ketika urusannya p-e-r-a-s-a-a-n. Aku selalu kalah dengan
mereka. Entah aku yang mudah baper atau hanya kagum tapi kuanggap itu
sebagai perasaan spesial, yah perasaan yang punya 5 huruf, dengan awalan
C tengahnya N huruf terakhir A. Don’t make me spell
it, you can do by yourself, kan :’). Jadi bisa
dibilang aku mudah menganggap perasaan itu ketika bertemu lelaki. Ya
bukan semua lelaki juga, tapiii...>>SD kelas 2 aku mulai menyukai 2
temanku sekaligus dan 1 kakak kelas saat aku duduk di kelas 4. Wkwk.
2tahun di SMP aku menyukai 4 orang, 1 diantaranya masih sesekali melintas
dipikiranku. SMA yang durasinya 3 tahun, aku menyukai 6 orang, 1 kali hingga
pacaran –my first, till now. Dan sekarang,
di penghujung semester 3 ini(±18 bulan),
kupikir aku sudah menyukai 5 orang. 3 diantaranya sudah berkekasih, 1 orang
entah kemana –aku jarang melihatnya di kampus, 1 orang yang terakhir masih
terjaga komunikasi antara kita, dan kita sama-sama jomblo. Dari gambaran
itu, mungkin bisa terbayang. Apakah aku memang baperan atau lebay.
Sebagian orang akan menganggapnya biasa saja “itu wajar”, sebagian lain
mungkin sebaliknya atau bahkan menganggapku ‘gampangan’. Gampang jatuh C*N*A.
Bisa jadi menganggapku tidak tahu makna C*N*A itu sendiri. at least
aku tidak akan menanggapinya secara serius. Cause it is democracy –termasuk jika grammarku
salah, mohon koreksinya.
Pada awal
perasaan itu hadir > berkembang > menunggu(red : mengharap) respon yang
sama > hingga sampai pada tahap Stag tanpa perkembangan atau bahkan
penolakan (secara halus maupun frontal). Aku benar-benar pasrah “Oh ya sudahlah.
Belum rejekiku”. Namun ketika aku menyukai salah
satu kakak tingkat –beberapa bulan lalu, aku mencoba
bergerak dengan make my passion dibidang penulisan. Ya, dia yang
kusebut Alien(ditulisan sebelumnya). Dimana dia benar-benar menjadi inspirasi
menulisku kala itu. Kebetulan kita dekat karena aku menawarkan bantuan untuk
sebuah essai. Kupikir sudah waktunya memulai –walau sekali
lagi, telat, aku mencoba menulis essai untuknya, dan menurutnya aku
menulis dengan baik. Bahkan lebih baik darinya dia. Entah itu gombalan atau
pujian yang dilebih-lebihkan. Tapi hal itu cukup membantu untuk memupuk
semangat menulisku. Diary-diary lawasku yang masih saja kosong sejak
3tahun lalu itu pun mulai terisi tulisan, yang kebanyakan terinspirasi oleh kak
Alien. Perasaan yang aku rasakan kala itu adalah kekaguman terhadapnya, his
fight sebagai anak desa yang ingin sukses dengan mengembangkan usaha di
desanya. Sebenarnya essai yang kutulis (sebagai cikal-bakal kedekatan kita)
adalah essai kewirausahaan yang menceritakan tentang sepak-terjang kak Alien
dalam menjadi seorang wirausahawan. Essai itu merupakan salah satu syarat ia
mengikuti lomba kewirausahaan di kampus. Beberapa temanku menganggap aku telah
dimanfaaatkan, karena pasti kak Alien merasakan perasaanku, sehingga (pasti)
aku tidak akan menolak segala usaha untuk selalu dekat dengannya –maklum kami
beda fakultas.
Tapi jujur di awal aku sama sekali tidak tertarik padanya, tujuanku hanya membantu teman dan mengembangkan skill penulisanku. Ya, perasaan kagum itu muncul dari semua cerita hidupnya, yang ia beritahukan kepadaku agar aku bisa merangkainya dalam essai. Membuatku semangat tidak hanya dalam menulis, bahkan belajar dan bermasyarakat aku jadi semakin giat karenanya. Aku terus menulis essai (karena ketentuan essai tersebut adalah minimal 15 halaman) dalam kurun 10 hari, 3 kali janjian bertemu dengannya untuk melaporkan perkembangannya. Asyik, walaupun terbilang singkat. Dalam benakku berharap yang terbaik dari bantuanku ini, juga suatu perkembangan diluar kerjasama profesional kita (red : perasaan yang sama).
Tapi jujur di awal aku sama sekali tidak tertarik padanya, tujuanku hanya membantu teman dan mengembangkan skill penulisanku. Ya, perasaan kagum itu muncul dari semua cerita hidupnya, yang ia beritahukan kepadaku agar aku bisa merangkainya dalam essai. Membuatku semangat tidak hanya dalam menulis, bahkan belajar dan bermasyarakat aku jadi semakin giat karenanya. Aku terus menulis essai (karena ketentuan essai tersebut adalah minimal 15 halaman) dalam kurun 10 hari, 3 kali janjian bertemu dengannya untuk melaporkan perkembangannya. Asyik, walaupun terbilang singkat. Dalam benakku berharap yang terbaik dari bantuanku ini, juga suatu perkembangan diluar kerjasama profesional kita (red : perasaan yang sama).
Tahap seleksi
berkas telah usai dan Alhamdulillah, essaiku bisa diterima oleh juri. Yah,
kak Alien lolos. Yippyy.. betapa senangnya aku, apalagi ketika ia memintaku
untuk menemaninya latihan presentasi. Dia akan presentasi di depanku. Wowww
otomatis aku mengiyakan sekaligus masih berpikir apakah aku bisa mengelola
salah tingkah yang mungkin akan banyak kulakukan. Namun sayang, dari waktu
pengumuman seleksi administrasi hingga waktu presentasi hanya memiliki jeda 3
hari. Dan dalam kurun waktu itu kami tidak bisa bertemu karena jadwal yang
selalu bertabrakan (jika dia tidak ada kelas, aku masuk. Begitupun sebaliknya)
ditambah kami sama-sama memiliki kesibukan dalam 2 kepanitiaan sekaligus –di fakultas
masing-masing. Akhirnya aku hanya menyemangatinya dan mengingatkan untuk
menjaga kesehatan, karena kebetulan di salah satu kepanitiaan dia menjadi ketua
dan satu kepanitiaan agenda terdekat, dia ada dibagian sie acara. Betapa
sibuknya. Pikirannya dibagi 3 karena juga masih memikirkan lomba itu.
Pada akhirnya
pertemuan kami terjadi pada hari di mana dia harus melakukan presentasi tentang
usaha yang sebelumnya sudah tertulis dalam berkas dan essai. Mungkin dosenku
mengetahui kebutuhanku, sebab, sebenarnya aku ada jam kuliah di saat kak Alien
presentasi. Namun beruntung dosenku berhalangan jadi aku langsung memacu motor maticku
menuju gedung tempat lomba diselenggarakan. Sembari membuka chatku
dengan kak Alien aku mengatakan kalau Tuhan mentakdirkan aku berada di sisinya.
Wkwk alay.
Singkat cerita
kami sudah di ruang tunggu. 2 peserta lagi lalu giliran kak Alien yang presentasi.
Aku hanya bisa memotivasinya agar tidak nervous dan membuyarkan segala
persiapannya. Bismillah dia masuk, aku hanya menunggu. Menunggu apa yang
akan terjadi setelah ini. Bagaimana kelanjutan ‘kita’. Huft, Allah pasti
akan memberiku rencana yang terbaik.
Kami berpisah
cepat karena dia segera ada kelas dan aku juga akan mengerjakan tugas –meski
itu memang hanya alasan yang kubuat-buat, untuk menutupi kekecewaan harus
berpisah dengannya.
Hari
pengumuman tiba dan kali ini ternyata dia kurang beruntung. Hmm, Ini
sudah jadi awal yang baik bagi seorang perintis usaha yang pertama kali
mengikuti lomba. Setidaknya demikian kami menanggapi hal ini. Dia memang selalu
mengajarkanku untuk berpikir secara positif.
Berakhirnya
lomba itu mengakhiri pula kesempatanku untuk dekat dengannya. Yah,
sekarang aku harus pintar-pintar membuat alasan yang logis jika ingin bertemu
dengannya.
Tapi
pada akhirnya kami –khususnya aku, tidak ada lagi kesempatan untuk
berkomunikasi secara intens. Kenapa? Karena notifikasi chatku sudah
penuh dengan seruan agenda rapat, koordinasi, dan lain sebagainya. Ya, kepanitiaan
yang sudah aku singgung di atas –salah satunya, sudah hampir menuju hari H.
Yaitu kepanitiaan Ospek mahasiswa baru. Di kepanitiaan ini kak Alien ada
didivisi acara. Chat kami tidak pernah jauh-jauh dari bahasan suka-duka
persiapan acara –walaupun sangat jarang, karena kami memang memprioritaskan
kegiatan ini, di fakultas kami masing-masing.
Singkat
cerita hari Ospekpun tiba. 3 hari ke depan akan menjadi hariku bernostalgia
(masa-masaku di Ospek dulu, sekarang aku yang Ngospek) dari situ juga
aku berusaha memberikan kenangan yang mengesankan untuk adik tingkatku –seperti
yang telah dilakukan kakak-kakak panitia Ospekku dulu. Itu semua pasti menjadi
harapan kita semua.
Dalam
3 hari itu aku ingat betul. Aku bertemu kak Alien –secara langsung &
mengobrol, hanya sekali. Ketika peserta Ospek sedang ada agenda yang dihandle
oleh panitia Ospek Universitas. Sehingga kami (Aku dan kak Alien) memiliki
sedikit ruang untuk sekedar bertegursapa. Hanya percakapan singkat sih,
karena dia sudah mendapat panggilan koordinasi dengan divisinya. Tapi aku
bertemu dengan seorang teman dekat, cewek–padahal baru kenal beberapa
minggu. Kami kenal karena dia adalah adik tingkat kak Alien (seangkatanku).
Bisa dibilang dia yang memberiku informasi (updatean) tentang kak Alien,
sebut saja Muup(mulut update, hihi :D). Muup memberitahuku kalau
kak Alien sudah memiliki pacar, namun hubungan mereka sedang tidak baik. And
my reaction is “semoga mereka diberi jalan yang terbaik” Muup hanya
menurunkan sebelah alisnya. Bukan aku sok baik atau apa... Ini karena
aku sangat menyadari posisiku. Aku bukan siapa-siapa, bahkan jika dibandingkan
dengan mbak –pacar kak Alien, aku kalah jauh.
But,
ternyata
Tuhan mengabulkan reaksiku dengan cepat. Kak Alien berpisah dengan sang pacar. Dan
Alhamdulillah dia menemukan adik tingkat sebagai penggantinya ~,~. Kali
ini Muup kalah update denganku. Karena akulah yang mengetahuinya
terlebih dahulu dari story WhatsAppnya yang mengunggah 2 tiket kereta,
yang belakangan aku ketahui adalah kereta menuju rumah si gebetan baru
ini. Nggak main-main! Terhitung beberapa pekan kak Alien sudah bertolak
ke rumah mahasiswi baru. Menginap pula. Semoga niat membangun tali silaturrahmi
tersebut diikuti oleh niat-niat baik lain di kemudian hari. Otomatis aku
mundur. Ini yang aku sebut penolakan secara lembut. Gadis itu cantik, tinggi
-,- gw mah apa
1
orang terakhir, inisialnya MMA. Mungkin kalau aku sebut nama juga dia nggak akan
peka. Dia bukan orang yang romantis –lebih tepatnya tidak bisa romantis.
Sumpah dia ini orang yang out of my imagination untuk menjadi yang
spesial. I’ll describe him>> Rambut gondrong, Tatapan mata tajam,
tidak banyak bicara, Tingginya masyaallah(mungkin sekitar 180cm
dibandingkan aku yang hanya 140cm –my friend said, penggaris anak SD aja
kurang buat menggambarkan jarak kami) dan kurus untuk ukuran tinggi
se-menjulang itu, dia juga perokok(bukan tipeku sama sekali kalau ini).
Pokoknya serem. Bahkan dia juga mengakui kalau penyebab ia sulit
mendapatkan pacar –salah satunya, karena para wanita sudah terlebih dahulu
takut padanya. Termasuk aku. Takut banget malah. Tapiii sekali lagi, aku
menemukan sesuatu dari dirinya yang membuatku kagum. Dia cerdas,
bertanggungjawab, jujur, peduli, apa adanya, Perfectlah kalau urusan
kepribadian. Orang harus mengenalnya untuk melihat hal-hal tersebut.
Beberapa
waktu yang lalu MMA menanyakan “apa yang membuat wanita luluh” lama tidak chat
dan dia mengawali dengan obrolan se’berat’ itu –untuk ukuran jomblo
lapuk seperti kami. Ingin sekali kujawab “ya sepertimu itu” but his
reaction will be -_-. So I explain from what I see from himself –meski
mungkin dia tidak akan menyadarinya (99% tidak sadar). Bahkan ia sampai
menanyakan detail “seberapa intens aku harus chat wanita” (may be agar
kepedulian lelaki itu tidak dianggap overprotective atau bahkan posesif
karena setiap detik ngechat).
Dari sekian pertanyaan aku hanya memiliki 2 pertanyaan untuk dia “sudahkah menemukan ‘wanita’ untukmu?” dia jawab “iya” how lucky she is, pikirku. Tanpa menanyakan dia sudah menjelaskan siapa ‘wanita’ itu. Meski bodohnya dia hanya mengetahui nama tanpa meminta kontak –minimal akun instagram atau twitter untuk difollow dan stalking.wkwk. Dan akhirnya membawaku pada satu pertanyaan besar “apa yang pertama dilihat lelaki” (red : apa yang pertama dilihat MMA dari seorang wanita). And his answer is “FISIK”. Boom!!! Seketika MMA membuatku berpikir 2 kali untuk menaruh hati pada orang. Termasuk padanya. Meski benar –tidak semua lelaki demikian. Tetapi nyatanya hingga sekarang aku tidak menemukan yang demikian itu.
Dari sekian pertanyaan aku hanya memiliki 2 pertanyaan untuk dia “sudahkah menemukan ‘wanita’ untukmu?” dia jawab “iya” how lucky she is, pikirku. Tanpa menanyakan dia sudah menjelaskan siapa ‘wanita’ itu. Meski bodohnya dia hanya mengetahui nama tanpa meminta kontak –minimal akun instagram atau twitter untuk difollow dan stalking.wkwk. Dan akhirnya membawaku pada satu pertanyaan besar “apa yang pertama dilihat lelaki” (red : apa yang pertama dilihat MMA dari seorang wanita). And his answer is “FISIK”. Boom!!! Seketika MMA membuatku berpikir 2 kali untuk menaruh hati pada orang. Termasuk padanya. Meski benar –tidak semua lelaki demikian. Tetapi nyatanya hingga sekarang aku tidak menemukan yang demikian itu.
“Hahah
kalo kamu mempunyai skil yang mempuni cowok akan datang kok” 1 chat MMA
yang tidak aku hapus hingga sekarang. Bahkan aku tulis ulang di manapun
(sebisaku menuliskannya).
Awal
aku menulis adalah karena kak Alien. Berhenti seiring sirnanya perasaanku
padanya. di Akhir aku menghentikan perasaanku untuk MMA, aku menemukan, bahwa
selama ini aku salah memilih inspirator dan motivator untuk menulis. So, I hope.
Start from now. I’ll always writing. And my motivation is ME!
AFR
Kauman-Pleret (Toko Iqro Office),
Sabtu 6 Januari 2018
Start 12:37 WIB
Finish 19:58
WIB
Comments
Post a Comment