Sahabat Sejati Cuma (Boleh) Ada Satu ?
"Yang namanya sahabat itu ya cuma satu. Kalau lebih dari itu namanya teman. Lebih banyak lagi disebut kenalan"
Kurang lebih demikianlah intermeso dosen yang kukagumi di sela penyampaian materi.
"Saya sendiri banyak yang mengakui saya sebagai sahabat, "Kamu itu sahabatku, Tar(mungkin teman-teman beliau menyapa dengan sebutan tersebut-bisa jadi "Si" atau "Sian" juga sih)" banyak.." terang pak Siant. "Tapi bagi saya sendiri, saya punya sahabat. Dan itu cuma satu." lanjut beliau.
Beliau tipikal dosen yang usianya cukup matang di program studi saya. Kalau lihat NIP-nya, beliau lahir tahun 1960. Mungkin paling matang malahan. Jelas sudah mengalami asam-garam, pasang-surut kehidupan.
Toh memang sering aku baca, influencer-influencer baik tweet di Twitter maupun caption di Instagram, bahkan tweet yang dicapture dan diunggah ulang di feed Instagram bertuliskan :
"Makin tua, makin sedikit circlenya. Karena makin tau, kualitas lebih penting daripada kuantitas" atau "Karena males ngeladenin yang fake" semacamnya..
Aku yang masih 18 mungkin belum bisa sepenuhnya nerima sih... Belum ngerasain sendiri. Cuma, misal berharap bisa sahabatan sama banyak orang (a.k.a geng kita, bisa geng sekolah/kampus) sampai usia lanjut, bukan masalah dong.. Nggak salah juga.. Bukan berarti gak mungkin, kan.
Comments
Post a Comment